rombongan dari Nanggroe Aceh Darussalam, provinsi yang Selasa kemarin diguncang gempa berkekuatan 6,2 Skala Ritcher.
Gempa ini tak kecil. Dua kabupaten di Aceh, Bener Meriah dan Aceh Tengah, rusak parah. Sekitar 1.500 unit rumah rusak, termasuk masjid, meunasah, kantor pemerintah, dan bank karena ambruk karena lindu itu. Beberapa desa di Aceh Tengah terisolasi. Meminta bantuan juga susah.
Tanah longsor dan jalur transportasi yang terputus membuat proses evakuasi korban sulit dilakukan. "Setidaknya 300 jiwa yang terisolir. Ada kabar masih terdapat korban jiwa yang tertimbun longsor. Kami harus pastikan lagi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPPA), Jarwansyah.
Ruas jalan Bireun-Takengon juga lumpuh karena longsor setelah gempa susulan. Akibatnya ruas jalan ini macet total dan kini kondisinya makin parah karena longsor terjadi di beberapa titik sepanjang jalan tersebut. Aspal jalan retak dan berongga, yang barang tentu sangatlah membahayakan pengendara.
Situasi yang sedemikian parah membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan tanggap darurat di Aceh selama satu pekan, 3-9 Juli 2013. Selama kurun waktu itu, pemerintah bekerja sama dengan BNPB fokus pada upaya evakuasi dan penyelamatan korban.
Bukan cuma jalur transportasi yang putus, jalur telekomunikasi juga ngadat. Para guru Aceh yang sedang di Jakarta untuk menghadiri Kongres PGRI itu cemas karena mereka sulit berkomunikasi dengan keluarga di Aceh. Salah satu guru dari Bener Meriah, Sukardi, menerima kabar rumahnya hancur akibat gempa. Kepala Sekolah SD 12 Salinara di Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, bahkan meninggal dunia tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri.
Sekitar 90 persen bangunan di Ketol, Aceh Tengah, terpantau rusak. Desa Bah di Kecamatan Ketol adalah salah satu wilayah yang belum bisa ditembus usai gempa terjadi. Tak ayal, musibah ini membuat mendung hitam menggelayuti wajah rombongan guru dari Aceh yang berada di Jakarta itu.
Akhirnya diputuskan rombongan guru Aceh itu pulang lebih awal dari yang dijadwalkan. Usai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato dalam pembukaan Kongres PGRI itu, mereka langsung bertolak kembali ke Serambi Mekkah tanpa membuang-buang waktu.
24 tewas, 200 lebih luka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data sementara bahwa korban bencana ini 24 orang tewas, sementara 210 lainnya mengalami luka-luka. "Ribuan bangunan serta rumah juga rusak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Dari 24 orang yang tewas, 10 berasal dari Aceh Tengah dan 14 lainnya dari Kabupaten Bener Meriah. Sementara dari 210 orang yang terluka, 140 merupakan warga Aceh Tengah dan 70 lainnya warga Bener Meriah. Mereka yang terluka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat dan puskesmas.
BNPB mengirimkan satu helikopter Colibri milik TNI Angkatan Udara dari Riau ke Aceh untuk membantu penanganan gempa. Helikopter itu awalnya ditaruh di Pekanbaru, Riau, untuk membantu pemadaman kebakaran hutan. Namun jatuhnya korban nyawa di Aceh membuat BNPB kini memprioritaskan penanganan korban gempa di Tanah Rencong.
Helikopter amat diperlukan karena banyaknya daerah yang terisolir akibat akses jalan darat terputus. Belum lagi daerah-daerah di perbukitan yang sulit dijangkau melalui darat. Tiga menteri mengunjungi lokasi gempa untuk memantau dan memastikan penanganan bencana di Aceh berjalan baik. Mereka adalah Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Gempa di Aceh total terjadi tiga kali Selasa itu. Itu belum termasuk gempa susulan yang kekuatannya lebih kecil. Gempa pertama berkekuatan 6,2 SR terjadi di Kabupaten Bener Meriah pukul 14.37 WIB, disusul gempa berkekuatan 5,5 SR pada pukul 20.55 WIB, selanjutnya disusul lagi gempa berkekuatan 5,2 SR pada pukul 22.36 WIB.
Saat ini sebagian besar warga Bener Meriah dan Aceh Tengah yang paling parah diguncang gempa telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka memanfaatkan masjid dan tanah lapang untuk menghindari reruntuhan.
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satuan Tugas Bencana Alam Direktorat Jenderal Cipta Karya mengerahkan 2 unit ekskavator, 2 unit mobil tangki air, dan 20 hidran umum untuk membantu para korban gempa Aceh. Tangki air dan hidran umum itu ditempatkan antara lain di Bener Meriah. Stok peralatan lain yang saat ini ada di Medan pun siap dimobilisasi ke Aceh kapanpun diperlukan.
Saat ini bantuan untuk korban gempa belum mampu menjangkau seluruh titik akibat akses jalan terputus akibat longsor, terutama di daerah pegunungan. Akibatnya bantuan masih menumpuk di posko induk Bener Meriah dan Aceh Tengah karena pendistribusian belum berjalan maksimal.
Penyebab gempa
Gempa di Bener Meriah, Aceh, itu tergolong gempa tektonik yang terjadi akibat pergeseran lempeng Sumatera, tepatnya di sesar Semangko. "Gempa ini sama seperti yang terjadi di Tangse, Kabupaten Pidie Aceh, beberapa bulan lalu," kata pakar geologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Faisal Ardiansyah.
Gempa itu tak ada hubungannya dengan aktivitas gunung berapi Burne Telong di Dataran Tinggi Gayo, salah satu punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera. Pernyataan Faisal itu diperkuat oleh Pusat Vulkanologi dan dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Gunung Burni Telong masih dalam status normal. Tidak ada letusan," kata Kepala PVMG Surono.
Warga memang sempat panik karena beredar isu sesat bahwa Gunung Burni Telong meletus akibat gempa. Namun Surono mengatakan, status Burni Telong sampai saat ini masih normal. Status gunung itu baru akan ditingkatkan menjadi waspada apabila jumlah gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal terus meningkat usai gempa pertama Selasa kemarin.
Gempa tektonik punya cakupan getaran luas dan bersifat regional karena yang bergerak adalah lapisan kulit bumi. "Apabila pusat gempa dangkal, maka efek getaran sangat besar dan dapat menggoncang lapisan bumi dengan kuat walaupun magnitude-nya kecil," ujar Faisal.
Oleh sebab itu ia mengimbau warga di Dataran Tinggi Gayo untuk waspada dengan pegerakan tanah, dan menjauhi lereng gunung yang kapan saja dapat longsor sebagai dampak lanjutan dari gempa Bener Meriah. "Warga perlu mewaspadai adanya longsoran atau gerakan tanah di sepanjang wilayah tengah Aceh akibat terganggunya kestabilan lereng," kata Faisal.(viva)
Gempa ini tak kecil. Dua kabupaten di Aceh, Bener Meriah dan Aceh Tengah, rusak parah. Sekitar 1.500 unit rumah rusak, termasuk masjid, meunasah, kantor pemerintah, dan bank karena ambruk karena lindu itu. Beberapa desa di Aceh Tengah terisolasi. Meminta bantuan juga susah.
Tanah longsor dan jalur transportasi yang terputus membuat proses evakuasi korban sulit dilakukan. "Setidaknya 300 jiwa yang terisolir. Ada kabar masih terdapat korban jiwa yang tertimbun longsor. Kami harus pastikan lagi," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPPA), Jarwansyah.
Ruas jalan Bireun-Takengon juga lumpuh karena longsor setelah gempa susulan. Akibatnya ruas jalan ini macet total dan kini kondisinya makin parah karena longsor terjadi di beberapa titik sepanjang jalan tersebut. Aspal jalan retak dan berongga, yang barang tentu sangatlah membahayakan pengendara.
Situasi yang sedemikian parah membuat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan tanggap darurat di Aceh selama satu pekan, 3-9 Juli 2013. Selama kurun waktu itu, pemerintah bekerja sama dengan BNPB fokus pada upaya evakuasi dan penyelamatan korban.
Bukan cuma jalur transportasi yang putus, jalur telekomunikasi juga ngadat. Para guru Aceh yang sedang di Jakarta untuk menghadiri Kongres PGRI itu cemas karena mereka sulit berkomunikasi dengan keluarga di Aceh. Salah satu guru dari Bener Meriah, Sukardi, menerima kabar rumahnya hancur akibat gempa. Kepala Sekolah SD 12 Salinara di Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, bahkan meninggal dunia tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri.
Sekitar 90 persen bangunan di Ketol, Aceh Tengah, terpantau rusak. Desa Bah di Kecamatan Ketol adalah salah satu wilayah yang belum bisa ditembus usai gempa terjadi. Tak ayal, musibah ini membuat mendung hitam menggelayuti wajah rombongan guru dari Aceh yang berada di Jakarta itu.
Akhirnya diputuskan rombongan guru Aceh itu pulang lebih awal dari yang dijadwalkan. Usai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan pidato dalam pembukaan Kongres PGRI itu, mereka langsung bertolak kembali ke Serambi Mekkah tanpa membuang-buang waktu.
24 tewas, 200 lebih luka
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis data sementara bahwa korban bencana ini 24 orang tewas, sementara 210 lainnya mengalami luka-luka. "Ribuan bangunan serta rumah juga rusak," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.
Dari 24 orang yang tewas, 10 berasal dari Aceh Tengah dan 14 lainnya dari Kabupaten Bener Meriah. Sementara dari 210 orang yang terluka, 140 merupakan warga Aceh Tengah dan 70 lainnya warga Bener Meriah. Mereka yang terluka dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setempat dan puskesmas.
BNPB mengirimkan satu helikopter Colibri milik TNI Angkatan Udara dari Riau ke Aceh untuk membantu penanganan gempa. Helikopter itu awalnya ditaruh di Pekanbaru, Riau, untuk membantu pemadaman kebakaran hutan. Namun jatuhnya korban nyawa di Aceh membuat BNPB kini memprioritaskan penanganan korban gempa di Tanah Rencong.
Helikopter amat diperlukan karena banyaknya daerah yang terisolir akibat akses jalan darat terputus. Belum lagi daerah-daerah di perbukitan yang sulit dijangkau melalui darat. Tiga menteri mengunjungi lokasi gempa untuk memantau dan memastikan penanganan bencana di Aceh berjalan baik. Mereka adalah Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, dan Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto.
Gempa di Aceh total terjadi tiga kali Selasa itu. Itu belum termasuk gempa susulan yang kekuatannya lebih kecil. Gempa pertama berkekuatan 6,2 SR terjadi di Kabupaten Bener Meriah pukul 14.37 WIB, disusul gempa berkekuatan 5,5 SR pada pukul 20.55 WIB, selanjutnya disusul lagi gempa berkekuatan 5,2 SR pada pukul 22.36 WIB.
Saat ini sebagian besar warga Bener Meriah dan Aceh Tengah yang paling parah diguncang gempa telah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka memanfaatkan masjid dan tanah lapang untuk menghindari reruntuhan.
Kementerian Pekerjaan Umum melalui Satuan Tugas Bencana Alam Direktorat Jenderal Cipta Karya mengerahkan 2 unit ekskavator, 2 unit mobil tangki air, dan 20 hidran umum untuk membantu para korban gempa Aceh. Tangki air dan hidran umum itu ditempatkan antara lain di Bener Meriah. Stok peralatan lain yang saat ini ada di Medan pun siap dimobilisasi ke Aceh kapanpun diperlukan.
Saat ini bantuan untuk korban gempa belum mampu menjangkau seluruh titik akibat akses jalan terputus akibat longsor, terutama di daerah pegunungan. Akibatnya bantuan masih menumpuk di posko induk Bener Meriah dan Aceh Tengah karena pendistribusian belum berjalan maksimal.
Penyebab gempa
Gempa di Bener Meriah, Aceh, itu tergolong gempa tektonik yang terjadi akibat pergeseran lempeng Sumatera, tepatnya di sesar Semangko. "Gempa ini sama seperti yang terjadi di Tangse, Kabupaten Pidie Aceh, beberapa bulan lalu," kata pakar geologi Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Faisal Ardiansyah.
Gempa itu tak ada hubungannya dengan aktivitas gunung berapi Burne Telong di Dataran Tinggi Gayo, salah satu punggung pegunungan Bukit Barisan yang membentang di sepanjang Pulau Sumatera. Pernyataan Faisal itu diperkuat oleh Pusat Vulkanologi dan dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). "Gunung Burni Telong masih dalam status normal. Tidak ada letusan," kata Kepala PVMG Surono.
Warga memang sempat panik karena beredar isu sesat bahwa Gunung Burni Telong meletus akibat gempa. Namun Surono mengatakan, status Burni Telong sampai saat ini masih normal. Status gunung itu baru akan ditingkatkan menjadi waspada apabila jumlah gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal terus meningkat usai gempa pertama Selasa kemarin.
Gempa tektonik punya cakupan getaran luas dan bersifat regional karena yang bergerak adalah lapisan kulit bumi. "Apabila pusat gempa dangkal, maka efek getaran sangat besar dan dapat menggoncang lapisan bumi dengan kuat walaupun magnitude-nya kecil," ujar Faisal.
Oleh sebab itu ia mengimbau warga di Dataran Tinggi Gayo untuk waspada dengan pegerakan tanah, dan menjauhi lereng gunung yang kapan saja dapat longsor sebagai dampak lanjutan dari gempa Bener Meriah. "Warga perlu mewaspadai adanya longsoran atau gerakan tanah di sepanjang wilayah tengah Aceh akibat terganggunya kestabilan lereng," kata Faisal.(viva)